Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa,
masa yang penuh dengan tantangan dan penyesuaian diri bagi yang sedang
menjalaninya. Dalam lingkungan sosial, kebanyakan anak remaja yang belum
benar-benar menemukan jati diri menjadi rentan terhadap arus dan
kenakalan remaja. Ditambah lagi adanya tekanan dari teman-teman sebaya
dan keinginan untuk membuktikan diri. Oleh karena itu, masa remaja dapat
menjadi masa yang sulit bagi sebagian orang.
Identitas masa remaja memang cenderung ditentukan oleh klik-klik atau
grup-grup tertentu, di mana para remaja yang tergabung di dalamnya
menemukan kesamaan hobi sehingga dapat menjadi sahabat, serta menemukan
keamanan dalam pencitraan diri tertentu. Jika seorang remaja memiliki
minat dalam hal olahraga, maka dirinya akan cenderung berkumpul dengan
sesama penggemar olahraga di sekolah, begitu juga dalam hal lainnya.
Rasa kebersamaan yang tercipta membuat remaja merasa bahwa hal yang
diyakininya benar seharusnya dilakukan juga oleh teman sebayanya. Budaya
ini akhirnya menimbulkan apa yang dinamakan sebagai peer pressure atau tekanan teman sebaya, yaitu tekanan untuk mengikuti kelakuan, sikap, hingga kebiasaan suatu grup.
Baca juga : Obat Herbal agar Sperma Subur!
Saat terdapat pihak yang lebih dominan dalam lingkaran pertemanan remaja, peer pressure
dengan mudah terjadi. Membolos, menyontek, hingga kenakalan remaja yang
menjurus hal-hal yang dapat merusak seperti memakai narkoba, merokok,
hingga seks bebas, semua dapat terjadi akibat peer pressure.
Bagi remaja yang menerima tekanan, adanya rasa ingin diterima merupakan
pemicu utama terjerumusnya remaja dalam tindakan melanggar peraturan
tanpa memikirkan mengenai konsekuensinya.
Bagi para remaja, hal yang paling tepat dilakukan sebagai mekanisme
perlindungan diri adalah dengan mengingat konsekuensi dari tindakan yang
sedang disodorkan oleh teman sebaya. Berpikirlah secara sederhana saja.
Jika diundang ke sebuah acara yang berlokasi di tempat di mana
obat-obatan terlarang dan minuman keras banyak tersedia, pikirkan
bagaimana jika sampai tertangkap oleh pihak yang berwajib dan pikirkan
bagaimana reaksi orangtua nantinya. Pikirkan juga dampak jangka panjang
dari rokok, apa yang akan terjadi jika sampai menjadi candu. Belum lagi
tawaran untuk melakukan seks pra-nikah, betapapun menggodanya, siapkah
jika ternyata terjadi kehamilan atau penyakit menular seksual?
Dengan memikirkan konsekuensi dari menuruti tekanan teman sebaya,
remaja dapat memperoleh kekuatan untuk mengatakan tidak, meski kemudian
harus dikucilkan. Jangan biarkan pikiran bahwa “Sekali-sekali tidak
apa-apa” atau “Hal buruk apa yang mungkin terjadi” menguasai pikiran
jernih dan mempengaruhi keputusan yang tepat. Jika kemudian teman yang
mengajak untuk melakukan hal yang tidak baik menjadi jauh, anggaplah
sebagai suatu peringatan bahwa memang dirinya bukanlah teman yang pantas
dipertahankan.
Setelah sanggup menolak ajakan buruk, mulailah mengalihkan pikiran ke
persaingan akademik atau olahraga yang menekan diri menjadi lebih baik
dari sebelumnya dan yakinlah bahwa akna ada teman-teman baru yang
membawa pengaruh yang lebih baik. Terakhir, segala hal yang berkaitan
dengan tekanan teman sebaya pada masa remaja bergantung sepenuhnya pada
keputusan yang diambil. Tidak apa-apa memiliki pandangan dan pendapat
yang berbeda dan selalu pikirkan risiko yang menanti keputusan yang akan
diambil. Berbanggalah jika mampu melakukan hal ini, karena memegang
teguh apa yang dipercaya dan memikirkan konsekuensi dari tindakan yang
dilakukan merupakan langkah penting untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab.
Sumber : Meetdoctor
Share This :
comment 0 comments
more_vert