-->
BLANTERWISDOM101

Tekanan di Usia Remaja

06/02/15
Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, masa yang penuh dengan tantangan dan penyesuaian diri bagi yang sedang menjalaninya. Dalam lingkungan sosial, kebanyakan anak remaja yang belum benar-benar menemukan jati diri menjadi rentan terhadap arus dan kenakalan remaja. Ditambah lagi adanya tekanan dari teman-teman sebaya dan keinginan untuk membuktikan diri. Oleh karena itu, masa remaja dapat menjadi masa yang sulit bagi sebagian orang.
Identitas masa remaja memang cenderung ditentukan oleh klik-klik atau grup-grup tertentu, di mana para remaja yang tergabung di dalamnya menemukan kesamaan hobi sehingga dapat menjadi sahabat, serta menemukan keamanan dalam pencitraan diri tertentu. Jika seorang remaja memiliki minat dalam hal olahraga, maka dirinya akan cenderung berkumpul dengan sesama penggemar olahraga di sekolah, begitu juga dalam hal lainnya. Rasa kebersamaan yang tercipta membuat remaja merasa bahwa hal yang diyakininya benar seharusnya dilakukan juga oleh teman sebayanya. Budaya ini akhirnya menimbulkan apa yang dinamakan sebagai peer pressure atau tekanan teman sebaya, yaitu tekanan untuk mengikuti kelakuan, sikap, hingga kebiasaan suatu grup.
Saat terdapat pihak yang lebih dominan dalam lingkaran pertemanan remaja, peer pressure dengan mudah terjadi. Membolos, menyontek, hingga kenakalan remaja yang menjurus hal-hal yang dapat merusak seperti memakai narkoba, merokok, hingga seks bebas, semua dapat terjadi akibat peer pressure. Bagi remaja yang menerima tekanan, adanya rasa ingin diterima merupakan pemicu utama terjerumusnya remaja dalam tindakan melanggar peraturan tanpa memikirkan mengenai konsekuensinya. 

Bagi para remaja, hal yang paling tepat dilakukan sebagai mekanisme perlindungan diri adalah dengan mengingat konsekuensi dari tindakan yang sedang disodorkan oleh teman sebaya. Berpikirlah secara sederhana saja. Jika diundang ke sebuah acara yang berlokasi di tempat di mana obat-obatan terlarang dan minuman keras banyak tersedia, pikirkan bagaimana jika sampai tertangkap oleh pihak yang berwajib dan pikirkan bagaimana reaksi orangtua nantinya. Pikirkan juga dampak jangka panjang dari rokok, apa yang akan terjadi jika sampai menjadi candu. Belum lagi tawaran untuk melakukan seks pra-nikah, betapapun menggodanya, siapkah jika ternyata terjadi kehamilan atau penyakit menular seksual?
Dengan memikirkan konsekuensi dari menuruti tekanan teman sebaya, remaja dapat memperoleh kekuatan untuk mengatakan tidak, meski kemudian harus dikucilkan. Jangan biarkan pikiran bahwa “Sekali-sekali tidak apa-apa” atau “Hal buruk apa yang mungkin terjadi” menguasai pikiran jernih dan mempengaruhi keputusan yang tepat. Jika kemudian teman yang mengajak untuk melakukan hal yang tidak baik menjadi jauh, anggaplah sebagai suatu peringatan bahwa memang dirinya bukanlah teman yang pantas dipertahankan. 
Setelah sanggup menolak ajakan buruk, mulailah mengalihkan pikiran ke persaingan akademik atau olahraga yang menekan diri menjadi lebih baik dari sebelumnya dan yakinlah bahwa akna ada teman-teman baru yang membawa pengaruh yang lebih baik. Terakhir, segala hal yang berkaitan dengan tekanan teman sebaya pada masa remaja bergantung sepenuhnya pada keputusan yang diambil. Tidak apa-apa memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda dan selalu pikirkan risiko yang menanti keputusan yang akan diambil. Berbanggalah jika mampu melakukan hal ini, karena memegang teguh apa yang dipercaya dan memikirkan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan merupakan langkah penting untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
  

Sumber : Meetdoctor
Share This :